Monday, 02 February 2009 05:54
Keris adalah kitab hidup bagi orang Jawa, dengan "membaca keris", akan mendapatkan banyak filosofi hidup, melestarikan pusaka warisan budaya leluhur yang baik, dan biasanya memberi tambahan semangat hidup bagi empunya. Di jaman sekarang ini sangat jarang orang yang berminat untuk mengkoleksi keris. Padahal salah satu tanda kejangkepan (kemandirian), selain wisma (rumah), garwa (istri), turangga (kuda), Kukila (burung), curiga (keris), dan kalpika (cincin). Keris menyimpan banyak simbolisasi kehidupan orang Jawa, hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para penggemar keris-keris kuno.
Keris kuno mempunyai makna begitu penting bagi penggemarnya, tak lain karena tersimpan banyak filosofi kehidupan di dalamnya. Sebagai pusaka buatan seorang empu yang ditempa selama 3-6 bulan keris mengandung doa, gambaran, harapan, dan cita-cita. Maknanyapun bisa berbeda-beda tergantung kegunaannya. Memiliki benda warisan leluhur ini bukan pekerjaan mudah, perburuan bisa berwujud lewat laku kungkum (berendam) ataupun tapa (semedi) guna meminta petunjuk pada Yang Maha Kuasa.
Dengan cara inipun kita belum tentu mendapatkan Keris, yang sesuai dengan jiwa dan karakter kita. Walau ada cara lain bagi kita untuk mendapatkan keris, misalnya dengan cara menukar sejumlah mahar pada memiliki benda yang selama ini oleh sementara orang, masih dianggap keramat. Tapi kalau hanya sekedar "keris" hampir setiap orang mudah mendapatkan.
Ketertarikan seseorang untuk mengkoleksi keris terutama karena dapur (modelnya) indah, unik, dan kuno, dari keris sampener (lurus) hingga keris ber-luk 17 lengkap dengan filosofi masing-masing. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh kolektor keris yang bermukim di Jatinom, Suwarta (35) kepada Warta, menurutnya keris dengan dapur sampener merupakan wewarah agar manusia senantiasa jujur, lurus, dan kuat, disamping lurus harus bijaksana, luas pandangan hidupnya seperti yang tertuang dalam keris ber-luk satu (urubing damar/pinarak), mengandung makna bahwa orang hidup harus mempunyai semangat karena di dunia ini ibaratnya hanya mampir ngombe sehingga harus bermanfaat bagi sesama dan Tuhannya.
Untuk yang ber-luk tiga dalam istilah jawa disebut "jangkung" yang bermakna siempunya selalu jinangkung (dilindungi oleh Tuhan) dan punya tujuan agar orang tersebut bisa melindungi orang lain. Sedangkan keris yang ber-luk lima (pandawa lima), mengandung harapan agar manusia ganep (genap, jangkep, dewasa) tidak hanya fisiknya saja tetapi juga tindak tanduknya. Artinya, manusia harus matang hal ini disimbolkan dengan mempunyai curiga (keris) yang bisa memberi pengayoman pada keluarga (wisma), harus bisa mengendalikan nafsu kehidupan (turangga), bisa memberi kesejukan (wanita), suara dan ucapannya harus mengandung kebenaran (kukila).
Keris ber-luk tujuh disebut juga supana atau waskita berarti harus menguasai ruang dan waktu serta pandailantip, orang pintar harus berani seperti tersirat pada keris berluk sembilan (jigja, perwira, berani), karena hidup ini penuh tantangan dan penuh resiko dalam setiap keputusan yang diambilnya, "Untuk itu manusia dituntut untuk kreatif dan inovatif serta kaya akan ilmu dan kehidupan seperti tertuang dalam keris ber-luk sebelas, artinya lambaran ke-11 sifat yang ada dalam diri manusia itu haruslah sabar, tanpa kesabaran semua yang dipunyai dan dikehendaki akan sulit tercapai," ungkap lelaki kelahiran Klaten ini
"Sengkelat (luk 13) merupakan las-lasaning wong urip atau akhir dari tujuan hidup manusia artinya apakah manusia sudah siap untuk menghadap Tuhannya" kata dia. Dan terakhir adalah keris ber-luk 17 (Putut) memberi makna bahwa kita harus belajar dari pandita atau resi yang telah menyingkirkan kehidupan duniawi, menata hati serta membersihkannya supaya semua keinginan dan tujuan bisa terwujud.
Mengingat besarnya makna terkandung didalamnya serta beratnya proses yang harus dijalani untuk mendapatkan sebilah keris wajar jika Suwarta merawatnya dengan serius. Paling tidak, setiap malam Selasa atau Jumat kliwon, Dia meminyaki keris-keris yang sudah mengering dengan gabungan minyak kenanga, melati, cendana, atau zaitun. Setahun sekali, khususnya bulan Suro (Muhharam), biasanya dijamas dengan air lerak, dikeringkan baru diminyaki. Kalau kerisnya sudah sangat kotor dibersihkan dengan jeruk nipis dan diwarangi agar pamornya terpancar, satu hal lagi yang penting keris tidak boleh dibawa ke kamar mandi atau WC, dilangkahi, disatukan dengan busana, serta tidak untuk dipamerkan.
Keris adalah salah satu peninggalan leluhur dengan nilai budaya sangat tinggi. Tak sembarang orang bisa memiliki atau menyimpan keris. Ada kepercayaan bagi yang tidak kuat terkadang justru akan mencelakakan diri sendiri. Ingat keris Empu Gandring milik Ken Arok yang akhirnya menjadi alat pembunuh bagi para raja.(fred)
Sumber artikel : http://wartaplus.com/sosbud/36-sosial-a-budaya/78-mitos-keris-dan-budaya-orang-jawa-.html
Sumber gambar:
- http://sundakiwari.wordpress.com/
- http://darupurwitapo.wordpress.com/2009/03/21/keris-2/
No comments:
Post a Comment