Monday, January 17, 2011
Kumis-kumis unik
Temukan bacaan UNIK, menarik, aneka informasi unik menarik lainnya.. seputar wisata,kuliner,kesehatan,gaya hidup, Info hiburan dll. ! Situs yang pas sebagai teman “online” anda di internet setiap hari… Hanya di “BLOG BERITA HARIANKU “ disini: http://www.beritaharianku.blogspot.com
Sunday, January 16, 2011
Ingin Beli Lukisan lama tapi tetap Indah....?
INDONESIA PERNAH IKUT PIALA DUNIA
Tim nasional sepak bola Indonesia memiliki kebanggaan tersendiri yang merupakan bagian dari sejarah piala dunia. Menjadi tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia FIFA pada tahun 1938. Saat itu mereka masih membawa nama Hindia Belanda dan kalah 6-0 dari Hungaria pada babak pertama, yang hingga kini menjadi satu-satunya pertandingan di turnamen final Piala Dunia. Indonesia tercatat sebagai negara Asia pertama yang masuk ke putaran final Piala Dunia..
Keikutsertaan indonesia itu di akibat pengunduran diri Jepang dalam kualifikasi dan saat itu indonesia mewakili Federasi Sepak Bola Hindia-Belanda
Jepang menolak hadir dan memberikan kesempatan bagi Hindia Belanda untuk tampil mewakili zona Asia di kualifikasi grup 12. Lalu Amerika Serikat yang jadi lawan berikutnya menyerah tanpa bertanding.
Piala Dunia tahun 1938 sendiri di adakan di prancis, pertandingan Indonesia vs Hongaria berlangsung di Reims, Stadion Velodrome Municipale dengan kapasitas 10.000 orang. berlangsung pada tanggal 5 Juni 1938 pada jam 17.00 waktu prancis.
Berikut Pencetak gol nya :
Vilmos Kohut 13'
Geza Toldi 15'
Gyorgy Sarosi 28' 89'
Gyula Zsengeller 35' 76'
Pelatih: Johannes Christoffel van Mastenbroek (belanda)
Wasit: Roger Conrie ( Perancis)
AW 1: C. de la Salle ( Perancis)
AW 2: Karl Weingartner ( Jerman)
dan ini daftar nama pemainnya..
MF Anwar •
FW Van Beusekom •
MF Bing •
?? Dorst •
MF Faulhaber •
GK Harting •
DF Hu Kon •
DF Kolle •
MF Meeng •
MF Nawir •
FW Pattiwael •
DF Samuels •
FW Soedarmadji •
FW Taihuttu •
FW Tan H. D. •
GK Tan M. H. •
FW Tan S. H. •
FW Teilherber •
FW Telwe •
MF Van Den Burgh •
FW Zomers •
Sumbner artikel dan gambar : http://budak-cianjur.blogspot.com
Saturday, January 15, 2011
Wuihh.... Nikmatnya Kopi Mandheling
KOMPAS.com - Anda penikmat kopi? Sudah pernah mendengar atau menikmati kopi Mandheling? Kalau belum, jangan mengaku sebagai penikmat kopi sejati. Setidaknya Anda tahu apa itu kopi Mandheling, meskipun mungkin belum pernah mencicipinya. Hmm…kopi Mandheling? Kopi apa itu? Dari daerah mana?
Ehem…saya juga belum lama tahu sebenarnya. Itu pun setelah mengobrol via dunia maya dengan seorang sahabat. Dia bercerita kalau ternyata selain kopi Sidikalang, kopi Aceh, dan kopi-kopi lain dari daerah-daerah di Indonesia dan terkenal sampai ke penjuru dunia, ada juga yang namanya kopi Mandheling. Kata Mandheling sendiri adalah penyebutan orang-orang asing terhadap kata Mandailing, yang merupakan salah satu nama suku di Sumatera Utara. Bila sedikit dipanjangkan, Mandailing Natal (Madina), nah itu merupakan nama kabupaten di sana, yang jauhnya kira-kira 12 jam dari kota Medan.
Entah kebetulan atau tidak, ketika saya mengobrol tentang kopi Mandailing (saya sebut saja dengan pelafalan Indonesia) dengan sahabat saya itu, saya sedang berada di Panyabungan, ibukota Madina untuk waktu yang cukup lama sampai beberapa bulan. Jujur, saya sebenarnya jadi malu sendiri karena baru tahu perihal kopi Mandailing yang sempat mendunia sejak tahun 1800-an sampai tahun-tahun menjelang Indonesia merdeka, padahal saya sendiri bersuku Mandailing dan memiliki Ayah yang berasal dari suatu desa di Madina.
Kenapa bisa baru tahu ya? Entahlah. Selain karena mungkin saya pribadi tidak terlalu antusias untuk menelusuri sejarah dan warisan kekayaan budaya sendiri (yang amat sangat disayangkan sebenarnya), akhirnya saya menganggap ketidaktahuan saya terhadap hal ini juga dikarenakan tidak satu pun anggota keluarga inti saya yang bergelar penikmat kopi apalagi pecandu, sehingga tidak ada semacam dongeng atau pembicaraan tentang kopi Mandailing ini.
Akhirnya saya cari tahu sendiri melalui internet tentang sejarah kejayaannya di masa lalu. Untuk sejarahnya ini, saya kira cukup menyertakan link saja untuk efisiensi agar tulisan ini tidak terlalu panjang atau sampai dibuat berseri.
Sejak tahu tentang kopi Mandailing ini, saya jadi penasaran dan bahkan ingin mencicipinya. Kebetulan saya sedang tinggal di daerah asalnya sehingga langsung saja saya tanyakan pada orang-orang di sini. Pertama, saya tanyakan dimana itu Pakantan? Pakantan, desa asal Adnan Buyung Nasution ini pernah dijuluki sebagai “gunung mas” karena kekayaan kopi arabica-nya yang melimpah, dan sampai sekarang kebun kopi tua di daerah ini kabarnya masih tersisa sekitar 5 hektar dan tanaman kopinya masih ada yang berumur ratusan tahun.
Sayang, daerah itu ternyata masih jauh dari Panyabungan sehingga rasanya mustahil bagi saya untuk ke sana saat ini, mengingat tujuan utama saya ke kota ini tidak memungkinkan untuk itu. Tapi keinginan itu masih saya endapkan dalam pikiran, hingga akhirnya secara tak sengaja saya menonton acara berita di Metro TV yang pada akhir segmennya memberitakan tentang kopi takar yang ada di Madina. Wow…sangat menarik!
Kopi takar atau kopi batok yang saya lihat di acara televisi itu sungguh unik tampilannya. Sesuai dengan namanya, takar yang berarti tempurung atau batok kelapa menjadi wadah penyajiannya. Batok bukan sembarang batok. Batok kelapa yang ini terbuat dari batok kelapa gading yang dibentuk seperti cangkir lengkap dengan tatakannya. Yang uniknya lagi, kopi khas Madina itu disajikan dalam cangkir batok tersebut dengan sebatang kayu manis dimasukkan ke dalamnya, persis seperti sedotan. Dan memang benar, cara meminumnya sama seperti kita meminum jus dengan sedotan. Hmm…makin penasaran.
Didorong rasa penasaran itu, saya langsung bersemangat untuk segera mencari tahu dimana lokasi warung kopi atau rumah makan yang menyediakan kopi bercita rasa Madina itu. Uniknya, beberapa orang Panyabungan yang saya tanya tidak tahu menahu dimana tempat yang dapat mempertemukan saya dengan kopi takar tersebut. Barulah setelah beberapa waktu saya tahu dari seseorang tentang salah satu rumah makan yang menyediakan menu kopi takar. Konon tidak banyak tempat di sekitar Panyabungan ini yang menyediakan menu tersebut.
Lucunya, rumah makan yang direkomendasikan itu sebenarnya sudah cukup sering saya kunjungi selama tinggal di sini, yang merupakan salah satu rumah makan yang terkenal di Madina karena cita rasa masakan khas Mandailing-nya yang nikmat. Rumah makan itu berdesain seperti pondokan-pondokan yang didirikan di tepi Aek Singolot (Sungai Singolot) yang berbatu-batu dan berair cukup deras.
Di seberang rumah makan yang dibatasi sungai itu berjejer pepohonan yang hampir semuanya adalah pepohonan karet. Terkadang tampak gerombolan kera berkeliaran di sana, berlari-larian dari hulu ke hilir. Pepohonan karet yang rimbun menyerupai hutan itu plus suara aliran sungai yang tak pernah berhenti dari hulu sungguh membuat suasana sangat teduh dan nyaman, meski cuaca sedang terik sekalipun. Tak heran, nafsu makan sering bertambah saat bersantap di tempat ini.
Selama ini saya tidak tahu kalau kopi takar itu ada dalam menu andalan rumah makan yang bernama “Pondok Paranginan” ini. Mungkin karena tidak ada daftar menu sebab semua sajian makanannya dihidang seperti di rumah makan Padang. Selama beberapa kali saya berkunjung ke sana juga tidak ada pelayan yang memberitahu perihal kopi warisan ini atau tidak ada media promosi seperti pamflet atau lainnya.
Maka jadilah, dalam suatu kesempatan saya ke sana. Dengan semangat, saya langsung meminta secangkir kopi takar. Pesanan pun sampai tepat ketika saya telah selesai bersantap siang dengan hidangan Mandailing yang lezat. Apa yang saya lihat persis seperti yang saya lihat di televisi. Secangkir kopi takar plus sebatang kayu manis yang dicelupkan ke dalamnya. Wah, rasanya tak sabar untuk segera mencicipinya.
Saya aduk dulu perlahan kopi hitam yang mengepul dan tampaknya tak terlalu kental tersebut dengan batangan kayu manis. Saya angkat lalu hisap ujung kayu manisnya yang tadi tenggelam dalam kopi. Hmm…agak aneh rasanya. Jelas, karena yang dominan terasa adalah kayu manisnya. Saya coba trik meminumnya seperti yang saya lihat di televisi. Sekarang saya menggunakan batangan kayu manis tersebut sebagai sedotan. Di awal-awal masih belum terasa nikmatnya. Mungkin karena saya sejatinya bukan penikmat kopi. Hanya saja kali ini sedang berperan sebagai pencicip kopi.
Saya makin penasaran dengan kopi ini yang katanya nikmat. Saya coba lagi trik tersebut dengan menyeruputnya perlahan. Saya rasakan bubuk kopi halus memenuhi lidah namun tak sampai membuat saya tersedak karena saking halusnya. Rasa hangat kayu manis mulai menjalari kerongkongan. Saya seruput lagi dan perlahan namun pasti, saya mulai merasakan kenikmatannya. Sebuah perpaduan rasa kopi Madina dan kayu manis yang unik. Tidak terlalu manis dan hangat sampai ke perut. Rasa khawatir yang sering menyergap kala meminum kopi, khususnya kopi instan; jantung berdebar-debar, pusing, sampai berkeringat dingin, tidak dirasakan. Bahkan tubuh dan pikiran terasa lebih segar, padahal sebelumnya sempat merasakan kantuk karena kurang tidur.
Tak lupa, saya sempat tanyakan juga apa saja bahan-bahan untuk membuat kopi takar ini kepada pemilik rumah makan yang ikut turun tangan menangani urusan dapurnya. Ternyata sederhana saja. Kopi Mandailing diseduh dengan rebusan air gula aren, dan sebagai sentuhan akhir, celupkan sebatang kayu manis ke dalamnya. Oh, ini satu lagi yang membuat cita rasa kopi ini berbeda. Gula aren atau gula merah. Hmm…boleh juga, pikir saya. Boleh juga bila menjadikan kopi takar ini sebagai menu wajib yang harus selalu dipesan bila bertandang ke sini. (Annisa F Rangkuti)
Sumber artikel dan gambar : kompas.com
Daun Salam ..Cara mengobati asam urat...
Daun salam biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai pelengkap bumbu dapur. Pohon salam (Syzygium polyanthum) yang biasa tumbuh liar di hutan dan di pegunungan bisa mencapai ketinggian 25 meter dan lebar pohon 1,3 meter.
Tumbuhan ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut. Selain daun yang dipakai sebagai bumbu, kulit pohonnya biasa dipakai sebagai bahan pewarna jala atau anyaman bambu. Perbanyakan tumbuhan ini bisa dilakukan dengan biji, cangkok, atau stek.
Menurut Prof Hembing Wijayakusuma dalam bukunya Tumbuhan Berkhasiat Obat: Rempah, Rimpang, dan Umbi, pohon salam memiliki berbagai khasiat obat yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pohon salam bisa dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat, stroke, kolesterol tinggi, melancarkan peredaran darah, radang lambung, diare, gatal-gatal, kencing manis, dan lain-lain. Kandungan kimia yang dikandung tumbuhan ini adalah minyak atsiri, tannin, dan flavonoida. Bagian pohon yang bisa dimanfaatkan sebagai obat adalah daun, kulit batang, akar, dan buah.
Mengatasi asam urat yang tinggi, 10 lembar daun salam direbus dengan 700 cc air hingga tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat. Mengatasi stroke, 10 lembar daun salam dan 50 gram jantung pisang dibuat masakan sesuai selera lalu dimakan.
Bagi penderita kolesterol tinggi, 7 lembar daun salam dan 30 gram daun ceremai direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc. Kemudian arinya diminum secara teratur. Untuk melancarkan peredaran darah, 7 lembar daun salam dan 30 gram daun dewa segar direbus dengan 700 cc air hingga tersisa 350 cc. Lalu ramuan disaring dan diminum sebanyak dua kali sehari.
Mengatasi radang lambung, 30 gram daun salam, 30 gram sambiloto kering, dan gula batu secukupnya direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc. Kemudian airnya diminum untuk dua kali sehari. Lakukan secara teratur.
Untuk obat diare, 7 lembar daun salam direbus dengan 200 cc air selama 15 menit, tambahkan garam secukupnya. Setelah dingin disaring lalu airnya diminum. Ramuan lainnya, 7 lembar daun salam, 10 lembar daun jambu biji, 10 gram jahe, dan 1 buah kulit delima putih, dicuci bersih lalu ditumbuk halus. Tambahkan 200 cc air matang, disaring, lalu diminum.
Mengatasi gatal-gatal, daun atau kulit batang atau akar dicuci bersih lalu digiling hingga halus. Tambahkan minyak kelapa secukupnya, kemudian balurkan pada bagian yang sakit.
Sebagai obat kencing manis, 7 lembar daun salam dan 30 gram sambiloto direbus dengan 600 cc air sampai tersisa 200 cc. Setelah dingin disaring lalu diminum untuk dua kali sehari.
Sumber artikel:http://www.purwakarta.org
Sumber gambar :bayuputra.com , cegahasamurat.blogspot.com
"Klik di gambar atau tulisan2 diatas/dibawah ini ! "/"Click on Pictures or Text on above/below " :
SELAMAT DATANG ...
Situs blog “Berita harianku” adalah situs blog yang berisi aneka informasi meliputi: berbagai macam artikel menarik dan unik yang diambil dari berbagai situs, informasi berita harian dari berbagai situs : kompas, liputan 6, detik, media Indonesia , antara, tempo dll, juga terdapat aneka link situs informasi seputar kesehatan, pengetahuan, kuliner, wisata, serta info-info menarik lainnya yang bermanfaat untuk Anda.
Situs blog “Berita harianku “ hadir untuk membantu memberikan layanan aneka informasi bermanfaat bagi Anda, bukan bermaksud untuk “menjiplak”/”mengcopy” artikel, melainkan untuk membantu mengumpulkan berbagai artikel menarik dari berbagai situs agar semakin banyak diketahui masyarakat luas. Turut berperan dalam memperhatikan kode etik jurnalistik serta hak cipta, dengan cara mencantumkan dan mempopulerkan situs asal sumber artikel serta penulisnya. Atas keberatan pemuatan artikel di situs blog ini, atau kritik dan saran, mohon kirim email ke aeroorigami@yahoo.com.
Segala bentuk layanan penjualan atau iklan di situs ini, bukan merupakan sebuah rekomendasi melainkan hanya sebagai penyampai informasi saja… Nikmati sajian informasi dari situs blog “Berita harianku” dan…Jadikan situs ini sebagai “teman” bacaan online Anda setiap harinya..!
_________________________________________________________________________________________