http://i.picasion.com/pic77/ef466a3101b6aaa1690add4435b34c92.gif
Showing posts with label kuliner. Show all posts
Showing posts with label kuliner. Show all posts

Tuesday, January 5, 2010

Nasi Jamblang Komplet plus Blakutak Suedep!





Jakarta - Nasi rames gaya Cirebon ini sudah mulai dikenal oleh masyarakat Jakarta. Biasanya nasi dibungkus menggunakan daun jati, sedangkan lauknya bisa dipilih sesuai selera. Jangan sampai lupa untuk mencicipi blakutak yang sedep gurih! Hati-hati, gigi bisa hitam sesudahnya!

Kalau berjalan-jalan di kota Cirebon, sangat mudah menemukan makanan ini. Hampir disetiap sudut kota banyak penjual yang menjajakan nasi jamblang yang cukup tersohor hingga ke Jakarta. Nasi jamblang sebenarnya adalah nasi rames biasa. Namun karena sang penjual ini berasal dari daerah yang bernama Jamblang, jadilah nasi yang dijualnya dinamakan nasi jamblang.

Meskipun hanya sekedar nasi rames, nasi jamblang ini cukup unik dari segi penyajian. Nasi putih yang masih mengepul hangat dibungkus dengan menggunakan daun jati. Sehingga aroma daun jati turut menguap bersama nasinya, harum! Daun jati ini berfungsi sebagai pengganti daun pisang yang menurut cerita jarang sekali ditemui di Cirebon. Dan tak hanya itu, daun jati pun membuat nasi tetap awet karena pori-pori daunnya.

Lauk pauk disajikan dengan model prasmanan di atas sebuah meja panjang. Mau pilih tumis kangkung, semur daging, tahu dan tempe bacem, semur jengkol, tumis pare dengan ikan teri, dan yang pasti selalu ada adalah blakutak alias cumi besar yang dimasak bersama dengan tintanya.

Seperti siang kemarin, saya diajak oleh teman kantor untuk makan nasi jamblang yang ada di kawasan Tendean. Belum juga pukul 12 teman saya sudah ribut untuk segera meluncur ke warung nasi jamblang tersebut. Benar saja, saya tiba di warung nasi jamblang ini saat jarum panjang meninggalkan angka 12 belum terlalu jauh. Tapi baskom-baskom berisi lauk pauk yang berada di etalase sudah hampir licin. Membuat saya terbengong-bengong!

Warungnya yang tidak terlau besar disesaki oleh pengunjung yang berada di sekitar kawasan tersebut. Tapi tak sedikit pula yang memesan untuk dibungkus. Berbeda dengan di Cirebon, nasi disini tidak dibungkus dengan daun jati. Nasi putih hangat langsung saya ambil dari dalam termos nasi yang cukup besar.

Lauknya di taruh dalam wadah seperti baskom berukuran sedang di dalam etalase. Duh, saya bingung memilih menunya. Selain aroma dan tampilannya yang sangat meggugah selera, beberapa lauk juga sudah mulai habis stoknya. Padahal menurut Pak Subur sang penjual, lauk pauk ini sudah yang kedua kali ditambahkan loh! Wah..wah.. cepat sekali!

Melihat saya yang masih diam terpaku, Pak Subur langsung berkata, "Kalau mau komplet datangnya sekitar jam setengah 12 mba," ujarnya. "Ada sate kentang, grejeg udang, pepes ayam, pepes jamur, pepes usus, sate kerang, paru, ampela ati, tongkol, tahu garing, empal, tumsi-tumisan, blakutak dan masih banyak lagi mba," katanya lagi menambahkan.

Akhirnya pilihan saya jatuh pada blakutak alias cumi yang dimasak dengan tintanya sekaligus, tumis kangkung, tempe goreng, dan juga ati ampela yang dimasak pedas manis. Sayangnya saya gak kebagian sambal jamblang yang terkenal lezat dan pedas itu, sambal rawit goreng pun jadi penggantinya.

Suapan pertama menyentuh lidah, saya cukup terkejut! Menu yang tampilannya sederhana ini rasanya sungguh lezat! Tumis kangkung yang dimasak kres..kres.. segar tidak over cooked. Tempenya kering gurih pas dengan nasi putih. Yang paling enak adalah blakutaknya. Cuminya berukuran sedang, dan segar. Karena daging cumi tidak alot namun kenyal kenyal lembut saat digigit.

Kuahnya sangat terasa bumbunya. Rasa manis, gurih, sedikit pedas terasa seimbang dan pas di lidah. Bahkan blakutak ini tetap enak disantap dengan nasi putih meskipun hanya dengan kuahnya saja loh! Tanpa perlu waktu lama, sepiring nasi jamblang sudah licin tandas tak bersisa. Saat ingin memesan blakutak lagi untuk bekal di rumah, ternyata saya terlambat. Pengunjung yang baru saja meninggalkan warung adalah yang mebeli semua blakutak terakhir.

Saya pun berniat untuk kembali lagi ke warung nasi jamblang ini lebih awal agar bisa puas memilih lauk yang saya inginkan. Dan tentu saja membawa pulang balkutak sedap itu.

Nasi Jamblang Khas Cirebon
Jl.Tendean No. 16 Mampang Prapatan
Jakarta Selatan (depan kantor pos Mampang)
Telp: 085280910654 (terima pesanan)

( eka / Odi )

Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!




Sumber artikel dan gambar : food.detik.com

Monday, December 7, 2009

SWIKEE Bu Tatik





LAIN LADANG lain belalang, lain kawasan beda pula santapannya. Betawi, misalnya, kondang dengan ketupat sayur. Maka para pedagang ketupat sayur lantas mencantumkan tulisan “Ketupat Sayur Betawi” di kedai atau gerobaknya. Gudeg identik dengan Yogya dan pempek tak bisa lepas dari kata Palembang.

Kalau swikee? Nah, sudah pasti tercantum kata Purwodadi di belakangnya. Purwodadi adalah sebuah kota kecil di dekat Semarang, Jawa Tengah. Di sini, olahan kodok, atau lazim disebut swikee, sudah sangat akrab di lidah penduduknya. Alhasil, kedai swikee pun jamak dijumpai; tak sebatas di daerah Purwodadi saja, malah meluber ke ibu kota. Sebutlah kedai Swikee Bu Tatik Asli Purwodadi. Terhitung ada lima kedai swikee penyandang nama Bu Tatik yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya.

Menu andalan di kedai Bu Tatik adalah swikee kuah. Dihidangkan dalam mangkuk sedang, paha kodok yang disiram kuah cokelat muda dengan aroma bawang putih yang kuat itu memang menggoda indera penciuman. Seruputlah sesendok, maka rasa gurih dan manis akan langsung membelai lidah.

Menurut Hartati, pemilik kedai Bu Tatik, rasa swikee kuah hasil kreasinya agak berbeda dengan menu sejenis yang ada di resto makanan cina (chinese food). Di resto makanan cina, sang koki akan mengolah kodok kuah dengan campuran angciu, saus tiram, dan kecap Inggris; sedangkan Hartati mengaku mengandalkan bumbu lokal seperti bawang merah, jahe, serta tauco. “Khasnya ada di tauco,” kata dia.

Khusus untuk swikee kuah, Hartati selalu memilih kodok yang ukurannya kecil. Alasannya, agar seluruh badan kodok bisa masuk ke dalam mangkuk pembeli. Kodok itu digunting bagian kepala, dikelupas kulit berikut isi perutnya, hingga tinggal tersisa sebagian tubuh dan kaki kodok. “Saya memilih daging kodok saja sebagai bahan baku swikee,” ujar dia.

Ramuan kaldu andalan Hartati

Kodok siap olah ini langsung ditumis bersama bumbu-bumbu plus lada dan kecap. Menumisnya, kata Hartati, harus selama sepuluh menit pas. Tak boleh lama-lama. Soalnya, kalau kelamaan daging kodok bisa hancur. Kodok tumis tadi lantas ditaruh di mangkuk dan diguyur kuah kaldu. Sesuai nama sajiannya, kuah itu pun tak jauh-jauh dari kodok lantaran berasal dari rebusan rongkong alias kepala swikee. Konon, kuah inilah yang membuat swikee Bu Tatik begitu digemari. Hartati selalu mengolah sendiri swikee kuah andalannya ini dan menjaga betul kerahasiaan resep.

Tentu tidak semua resep dijaga ketat bak peta harta karun. Para pegawai Hartati juga diajari mengolah beberapa masakan swikee. Hartati menyiapkan bahan mentah pas sesuai ukuran, lantas karyawan bagian dapur tinggal meraciknya. Sebutlah untuk swikee goreng tepung yang disantap dengan cara dicocol saus sambal, kodok goreng mentega, kodok goreng saus padang yang pedas, atau pepes kodok.

Kendati bahan bakunya cuma kodok yang terkesan murah, jangan kaget jika harga seporsi masakan di kedai ini berkisar antara Rp 11.000 sampai Rp 15.000. Itu belum termasuk nasi putih dan minuman.

Awal mulanya, Hartati membuka satu kedai swikee di Pesanggrahan, Meruya. Belakangan dia bisa mendirikan cabang di Kelapa Gading, Perumahan Citra Cengkareng, Jalan Raya Serpong, dan satu cabang di Denpasar, Bali. Lumayan juga, kedainya di Kelapa Gading bisa menjual hingga 100 porsi swikee sehari.

Di akhir pekan, kedai Bu Tatik di Pesanggrahan bahkan dapat melego sampai 200 porsi olahan kodok. Tak heran jika masing-masing kedai Bu Tatik mampu menangguk omzet sekitar Rp 1 juta sehari

Hoki Bisnis Makanan

Bisnis makanan bukan hal baru bagi Hartati, pemilik kedai Swikee Bu Tatik. Sejak 20 tahun lalu ia sudah mulai berjualan makanan. Bukan berupa swikee, tapi kue basah dan bihun goreng. “Itu pas lagi zaman susah,” tutur perempuan berusia 52 tahun ini. Turun naik bus umum menuju pasar Blok M untuk menjajakan dagangan sudah menjadi pekerjaan wajib bagi Hartati.

Jualan kue itu cukup untuk sandaran hidup, tapi Hartati merasa tidak berkembang. Akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke kampungnya di Purwodadi. Di sana, yang paling laku ya jualan makanan wajib, yakni swikee. Maka, hal itu pula yang dilakoninya.

Benar juga. Warung yang dibuka awal 1990-an tersebut berjalan lancar. Tapi, “Ternyata yang beli kok itu-itu saja,” tuturnya. Hal itulah yang mendorongnya kembali ke Jakarta. Di ibu kota dia direkrut jadi tukang masak swikee di kedai Gris, singkatan dari Gedung Rakyat Indonesia Semarang, milik kakaknya. “Resepnya dari saya,” ujar ibu tiga anak ini.

Atas dorongan sang kakak jugalah Hartati lantas membuka sendiri kedai swikee di Kelapa Gading. Waktu itu dia juga memasang nama Gris. Tapi, tindakan ini ternyata memancing kemelut dalam keluarga besar. Itu sebabnya ia lantas buru-buru berganti nama kedai menjadi Swikee Bu Tatik.

Terhalang Purnama

Bahan mentah yang diolah kedai Hartati tergolong langka, yakni kodok hijau. Komoditas begini sudah pasti jarang sekali dijumpai di pasar. Namun, para pelanggan Swikee Bu Tatik bisa ngedumel jika keinginannya menyantap paha gemuk tak dipenuhi. Maka, Hartati senantiasa menjaga pasokan kodok di kedainya.

Hartati memperoleh kodok hijau hidup dari para pengepul di Sukabumi, Tasikmalaya, serta Serang. Ia pantang menerima kodok jenis lain. “Jenis yang lain tidak boleh, ada racunnya,” ungkap Hartati yang mengaku saban hari mendatangkan 60 kg kodok hijau di tiap cabang.

Gawatnya lagi, kehadiran kodok ternyata ada masa pacekliknya. Paceklik ini muncul waktu purnama. Di saat begitu sudah pasti kodok akan sulit ditemukan. “Kodoknya pada ngumpet kali, ya?” tanya Hartati sambil tertawa. Nah, untuk mengakalinya, mau tidak mau dia harus memotong kodok hidup dalam jumlah besar dan langsung dimasukkan ke dalam freezer untuk beberapa hari mendatang.

RESEP SWIKEE PURWODADI BU TATIK:

Bahan-bahan:

500 gram kodok yang sudah bersih
3 cm jahe muda, iris tipis
5 siung bawang putih, memarkan
2 sendok makan taoco
3 sendok makan kecap manis
1/2 sendok teh merica bubuk
1 sendok teh gula pasir
1 sendok teh garam
3 sendok makan minyak
2 batang seledri, iris kasar
600 ml air

Cara membuat:

Panaskan minyak, tumis bawang putih dan jahe hingga kuning, lalu tambahkan taoco, aduk rata.

Masukkan kodok, kecap manis, dan merica bubuk, aduk rata, masak hingga kodok menjadi kaku.

Tambahkan air, aduk rata, kecilkan api, masak sekitar 25 menit.

Tambahkan gula dan garam, aduk rata, angkat dari api, lalu taburi atasnya dengan seledri.

Sajikan dengan jeruk nipis, kecap manis, cabai rawit dan nasi putih yang lagi ngepul.

Dikutip dari: http://waregbanget.wordpress.com/2007/04/12/
Swike Purwodadi Bu Tatik
Jl. Sumagung III Blok PII/17 Kelapa Gading
ph. +62(21) 4531602

Jl. Raya Pesanggrahan No.8 Meruya West Jakarta
ph. +62(21) 5874162

Jl. Raya Serpong KM.8 Tangerang
ph. +62(21) 5397057




Sumber artikel dan gambar : www.pesonajakarta.com

Thursday, October 22, 2009

Pedasnya Sepiring Oseng-Oseng Mercon







Makanan apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar kata Jogja? Gudeg tentu saja. Kemudian Bakpia, Geplak, atau mungkin makanan-makanan di lesehan Malioboro. Jika itu jawaban Anda, Anda benar. Tapi jika Anda menyangka bahwa hanya itu jenis makanan yang ada di Jogja, Anda salah besar.

Jogja memang kerap diidentikkan dengan masakan manis. Bahkan, beberapa masakan luar yang ada di sini kerap disesuaikan dengan cita rasa khas Jogja yaitu manis. Namun, di balik dominasi makanan manis tersebut, Anda bisa menemukan satu makanan khas Jogja yang uniknya justru tidak manis sama sekali. Makanan khas tersebut adalah oseng-oseng mercon. Sejenis tumisan yang memadukan tetelan (potongan kecil daging sapi) dan koyoran (lemak daging sapi) dengan potongan cabai rawit dan bumbu-bumbu lainnya. Rasa yang luar biasa pedas akan Anda temui jika menyantap masakan yang satu ini.

Akhir-akhir ini, warung yang menjual oseng-oseng mercon memang semakin mudah ditemui di jogja. Namun, oseng-oseng mercon yang pertama dan paling terkenal di Jogja adalah oseng-oseng mercon Bu Narti. Terletak di Jl. KH Ahmad Dahlan Yogyakarta, Lesehan Oseng-Oseng Mercon, begitu warung ini biasa disebut, mencoba memberi warna baru bagi dunia kuliner di Jogja.

Uniknya, nama oseng-oseng mercon justru berasal dari pembeli. Menurut penuturan Bu Narti (pemilik lesehan), waktu itu keluarganya kebingungan karena menerima terlalu banyak daging kurban. Muncullah ide untuk memasak daging kurban tersebut dengan potongan cabai. Orang tua Bu Narti, yang waktu itu memiliki warung makan kemudian menjual menu "coba-coba" tersebut.


Tak disangka, pembeli justru menyukai menu yang satu ini. Karena rasa pedasnya, pembeli kemudian menamainya oseng-oseng mercon bahkan ada pula yang menyebutnya oseng-oseng bledek (halilintar). Mercon, yang dalam bahasa Indonesia berarti petasan memang sesuai untuk menyebut makanan ini karena rasa pedasnya panas dan membakar, tak ubahnya seperti petasan.

Selain oseng-oseng mercon, warung ini juga menawarkan menu-menu yang lain seperti iso-babat goreng, ayam goreng, lele bakar dll. Lesehan dengan kain penutup berwarna hijau ini memang hanya berupa lesehan sederhana. Bahkan mungkin lebih wah lesehan-lesehan di Malioboro. Tapi soal menu, jangan berpikir dua kali untuk menikamtinya. Resep yang digunakan Bu Narti sebenarnya tak ada yang istimewa. Hanya saja, lesehan ini tidak menggunakan kompor melainkan anglo, sehingga dagingnya menjadi lebih empuk dan kenyal. Bu Narti juga tak pernah menggunakan kecap. Dia hanya menggunakan gula merah untuk membumbui oseng-osengnya. Mungkin itu yang membuat oseng-oseng merconnya berbeda dengan oseng-oseng mercon yang lain.

Makanan yang satu ini tak hanya unik karena mencoba mendobrak mitos lama bahwa Jogja hanya mengenal makanan manis tetapi juga karena dia mampu membakar nafsu makan Anda. Dengan hanya Rp. 9.000 per porsinya, Anda sudah bisa menikmati sedikit "pedas"nya Jogja.


Untuk Anda yang tidak terlalu menyukai masakan pedas atau takut maag Anda kambuh jika mencoba makanan ini, ada beberapa trik yang bisa Anda gunakan. Biasanya, seporsi oseng-oseng mercon disajikan dengan nasi pulen (lembut) hangat dalam piring terpisah. Lengkap dengan lalapan di piring yang lain. Anda bisa memakannya dengan menuangkan oseng-oseng mercon langsung ke dalam piring nasi Anda, tapi itu akan membuat oseng-oseng mercon tesrebut terasa sangat pedas di lidah.

Atau, Anda bisa menyiasatinya dengan mengambil sedikit demi sedikit oseng-oseng mercon, kemudian memakannya dengan nasi sesendok demi sesendok. Sehingga kuahnya tidak terlalu bercampur dan dapat mengurangi rasa pedas. Asal jangan terlalu lama saja, karena oseng-oseng mercon tersebut banyak mengandung lemak sehingga akan menjadi kental dan tidak enak dilihat jika tidak cepat-cepat dimakan.

Lain kali jika Anda pergi ke Jogja, jangan lupa menyempatkan diri mampir di lesehan yang satu ini. Tak perlu keluar biaya mahal untuk bisa menkmati sepiring oseng-oseng mercon yang menggugah selera. Mungkin bisa memberikan sensasi baru bagi lidah Anda. Atau sedikit mengubah pandangan Anda terhadap masakan Jogja. Lagipula Jogja tak hanya punya gudeg, kan?


Penulis: Diyah Hayu Rahmitasari
Sumber : Kompas




Wednesday, October 7, 2009

Bebek Bakar Kendil...




SEMARANG – Ciri khas bebek, dagingnya keras atau alot. Namun, daging bebek olahan Budi Setianjaya dan Ana Zufrida ini dijamin empuk. Kuncinya, ketika memasak, waktunya harus pas. Tidak terlalu cepat atau tidak terlalu lama.

Itulah keistimewaan yang ditawarkan warung makan Bebek Bakar Kendil Jalan Kusumawardani no 8 Semarang. Selain daging bebek yang empuk, juga rasa bumbunya kuat sehingga menambah cita rasa masakan. “Keistimewaan menu yang kami tawarkan, bebek bakar ditambah dengan bumbu. Ada manis-manis, manis asam pedas, manis pedas-pedas, manis penyetan,” ungkap Budi Setianjaya, sembari mengatakan siap untuk mengikuti ajang lomba Kuliner Khas Semarang yang dipersembahkan Dji Sam Soe bekerjasama dengan Jawa Pos Group (Radar Semarang dan Meteor) ini.

Cara pembakaran atau penggorengan juga unik. Yakni menggunakan kendil (terbuat dari tanah liat) untuk membakar bebek. Sementara untuk menggoreng menggunakan kenci (kuali yang terbuat dari tembaga).

“Kita gunakan kendil karena untuk mencari temperatur yang pas, jadi panasnya lama. Sedikit demi sedikit naik. Hasilnya berbeda jika dibakar langsung pada arang. Demikian juga bebek gorengnya,” ungkap bapak lima anak ini.

Budi menambahkan, usaha yang dirintisnya sejak tiga tahun lalu ini, awalnya dari ayam bakar kendil yang mangkal di depan bengkel knalpot Jalan Jendral Sudirman. Seiring bertambahnya pelanggan, ia mencari tempat baru di Jalan Kusumawardani. “Dulu kita hanya menawarkan ayam bakar,” jelas warga Lamper Tengah II 570/F ini.

Lantas, ia menemukan resep baru, bebek bakar dan goreng. Peminat bebek cukup banyak bila dibandingkan ayam. Sehingga kini nama ayam bakar kendil diubah menjadi bebek bakar kendil. “Akhirnya kita ganti nama menjadi bebek bakar kendil,”tandasnya.

Para pelanggan tidak hanya dari dalam kota, tapi juga dari Pekalongan, Tegal, Kudus, Jogjakarta, Solo. Harga bebek bakar Rp 13 ribu per potong dan Rp10 ribu untuk bebek goreng. Sementara ayam bakar harganya Rp 9000 per potong dan Rp 8500 untuk ayam goreng.

“Di Semarang kami tidak membuka cabang. Rencananya justau buka dua cabang di Jakarta Juni dan Oktober nanti. Selain itu kami akan memperkenalkan menu baru, ayam jepit,”katanya berpromosi (dit/lis)



Sumber artikel dan gambar : http://kulinerkhassemarang.wordpress.com

"SHARE " ARTIKEL INI KE TEMAN -TEMAN ANDA :

"Klik di gambar atau tulisan2 diatas/dibawah ini ! "/"Click on Pictures or Text on above/below " :

.

Pasang banner iklan anda disini ..Hanya Rp 10 rb/BULAN ! . Hub Andi email aeroorigami @yahoo.com :

create your own banner at mybannermaker.com!

SELAMAT DATANG ...

DI SITUS BLOG.. BERITA HARIANKU ..


Situs blog “Berita harianku” adalah situs blog yang berisi aneka informasi meliputi: berbagai macam artikel menarik dan unik yang diambil dari berbagai situs, informasi berita harian dari berbagai situs : kompas, liputan 6, detik, media Indonesia , antara, tempo dll, juga terdapat aneka link situs informasi seputar kesehatan, pengetahuan, kuliner, wisata, serta info-info menarik lainnya yang bermanfaat untuk Anda.

Situs blog “Berita harianku “ hadir untuk membantu memberikan layanan aneka informasi bermanfaat bagi Anda, bukan bermaksud untuk “menjiplak”/”mengcopy” artikel, melainkan untuk membantu mengumpulkan berbagai artikel menarik dari berbagai situs agar semakin banyak diketahui masyarakat luas. Turut berperan dalam memperhatikan kode etik jurnalistik serta hak cipta, dengan cara mencantumkan dan mempopulerkan situs asal sumber artikel serta penulisnya. Atas keberatan pemuatan artikel di situs blog ini, atau kritik dan saran, mohon kirim email ke aeroorigami@yahoo.com.

Segala bentuk layanan penjualan atau iklan di situs ini, bukan merupakan sebuah rekomendasi melainkan hanya sebagai penyampai informasi saja… Nikmati sajian informasi dari situs blog “Berita harianku” dan…Jadikan situs ini sebagai “teman” bacaan online Anda setiap harinya..!

_________________________________________________________________________________________


Search on "Google" :