http://i.picasion.com/pic77/ef466a3101b6aaa1690add4435b34c92.gif

Thursday, November 12, 2009

Kopi-Cakwe dari Tak Kie, Kit Cong Kie, sampai Kaus Kaki










KOMPAS.com — "Ngopi, yuk!" Ajakan seperti ini berseliweran setiap hari. Biasanya, ajakan ini bermakna kongko-kongko. Tempatnya? Lagi-lagi seperti biasa, kawanan penyeruput kopi ini memilih tempat berpendingin udara. Kedai kopi franchise jentrek-jentrek tak terhitung di kawasan Jakarta dan sekitarnya. Mereka menyebar baik di mal, plasa, ataupun di kawasan perkantoran.

Waralaba warung kopi makin sesak di Jakarta karena pasar yang menggiurkan. Tengok saja ke beberapa kedai asal Pakde Sam itu, meski harga segelas kopi dengan berbagai cita rasa itu minimal hampir sama dengan sekitar 4-5 gelas kopi/kopi susu panas, es kopi/kopi susu di kedai-kedai tradisional, pembeli seperti tak peduli. Barangkali gengsi juga terbeli di sana. Padahal, Indonesia penghasil kopi arabika dan robusta terbesar keempat di dunia.

Untunglah penggemar kopi Indonesia yang masih percaya, kongko-kongko sambil minum kopi di warung kopi tradisional jauh lebih nikmat, tak perlu gusar. Pasalnya, warung kopi turun temurun di kawasan Pancoran, Jakarta Barat, masih bertahan di antara gempuran mal, plasa, beserta kedai kopi ala bule tadi.

Sayangnya, warung-warung kopi di sini tak lagi buka di atas pukul 17.00. Alasan klasik, setelah kerusuhan 1998, kawasan ini makin sepi khususnya di malam hari. Padahal, potensi kawasan ini sebagai kawasan wisata kuliner sungguh luar biasa.

Kembali ke soal ngopi, di Gang Gloria, Pancoran, siapa tak kenal Warung Kopi Tak Kie. Warung ini ada di antara tumpukan pedagang lain di sisi kiri dan kanan gang tersebut. Dengan hanya Rp 7.000, segelas es kopi bisa Anda nikmati. Es kopi ini bisa jadi teman ngobrol yang tak kalah segarnya dengan ”kopi bule”. Kedai kopi ini beserta es kopi-nya sudah turun temurun menyemarakkan kawasan tersebut. Kopi Lampung jadi bahan utama segelas kopi tradisional itu.

Mencari kopi tak hanya di Tak Kie. Melangkahlah lebih ke dalam. Jika Anda melihat tanda Cakwe Hokian, nah, di situ pula warung kopi tradisional lainnya berada. Tak seperti Tak Kie, di warung ini tak terlihat nama. Anton Sinarto, si pemilik warung, menyebut warungnya Sederhana meski orang di kawasan itu mengenal warung itu sebagai Kit Cong Kie.

Sebagai warung kopi tradisional, Anton pun sudah siap melayani pembeli atau siapa pun yang ingin sekadar kongko-kongko sambil makan pagi di kawasan ini sejak pukul 05.00 pagi. Anda bisa pilih es kopi, kopi panas, atau kopi susu. Rasanya pas. Di sini pula Anton memberi tahu Warta Kota untuk menikmati kopi susu dengan sentuhan cakwe. Hah?! Ya, cakwe.

”Dicelup aja, terus dimakan. Coba deh. Enak,” begitu Anton membujuk. Dan, memang, sensasi baru minum kopi dan makan cakwe pun terjadi di dalam mulut. Cakwe milik Ibu Lily ini pun sudah beredar di kawasan ini lebih dari 27 tahun lalu.

Menurut Anton, minum kopi atau kopi susu sambil makan cakwe sudah jadi kebiasaan di kawasan itu. ”Seperti teman minum kopi, gitu. Murah meriah, pula,” tambah Anton yang didampingi sang istri, Cendrawati Goutama.

Bapak dua putra ini melanjutkan usaha kedai kopi ini sejak 1980-an. ”Tapi warung ini sudah ada sejak Belanda masih ada,” lanjutnya, sekitar 1928 pun warung ini diperkirakan sudah ada dan masih menggunakan kopi Lampung hingga kini.

Kedai kopi tak berhenti sampai di sini sebab masuk lebih ke dalam lagi, ke arah dekat Toko Kawi, Anda bisa temui kopi kaus kaki. Tenang dulu, ini bukan sembarang kaus kaki. Kopi di sini disaring dengan penyaring yang mirip kaos kaki. Jadi, begitu disajikan, kopi ini sudah tanpa ampas. ”Kelebihan lain, kopi di sini disajikan di cangkir keramik yang bikin panasnya awet,” ujar Akiong, si pemilik kedai. Cangkir tadi harus dibeli di Singapura. Tapi tak usah khawatir, harga kopi di sini masih sangat rasional. Meski cangkir dari Singapura, tapi harga tetap warung kopi Indonesia.

Perihal cakwe sebagai teman kopi, Akiong membenarkan hal itu sebagai kebiasaan warga keturunan Tionghoa di kawasan itu. ”Dari dulu orang di sini emang kalau minum kopi pakai cakwe.”

WARTA KOTA Pradaningrum Mijarto



Sumber artikel dan gambar : kompas.com

No comments:

"SHARE " ARTIKEL INI KE TEMAN -TEMAN ANDA :

"Klik di gambar atau tulisan2 diatas/dibawah ini ! "/"Click on Pictures or Text on above/below " :

.

Pasang banner iklan anda disini ..Hanya Rp 10 rb/BULAN ! . Hub Andi email aeroorigami @yahoo.com :

create your own banner at mybannermaker.com!

SELAMAT DATANG ...

DI SITUS BLOG.. BERITA HARIANKU ..


Situs blog “Berita harianku” adalah situs blog yang berisi aneka informasi meliputi: berbagai macam artikel menarik dan unik yang diambil dari berbagai situs, informasi berita harian dari berbagai situs : kompas, liputan 6, detik, media Indonesia , antara, tempo dll, juga terdapat aneka link situs informasi seputar kesehatan, pengetahuan, kuliner, wisata, serta info-info menarik lainnya yang bermanfaat untuk Anda.

Situs blog “Berita harianku “ hadir untuk membantu memberikan layanan aneka informasi bermanfaat bagi Anda, bukan bermaksud untuk “menjiplak”/”mengcopy” artikel, melainkan untuk membantu mengumpulkan berbagai artikel menarik dari berbagai situs agar semakin banyak diketahui masyarakat luas. Turut berperan dalam memperhatikan kode etik jurnalistik serta hak cipta, dengan cara mencantumkan dan mempopulerkan situs asal sumber artikel serta penulisnya. Atas keberatan pemuatan artikel di situs blog ini, atau kritik dan saran, mohon kirim email ke aeroorigami@yahoo.com.

Segala bentuk layanan penjualan atau iklan di situs ini, bukan merupakan sebuah rekomendasi melainkan hanya sebagai penyampai informasi saja… Nikmati sajian informasi dari situs blog “Berita harianku” dan…Jadikan situs ini sebagai “teman” bacaan online Anda setiap harinya..!

_________________________________________________________________________________________


Search on "Google" :